KETIKA ANAK - ANAK BERSAHABAT DENGAN INTERNET

Ketika anak – anak bersahabat dengan internet

Bukan hal yang asing apabila di zaman yang serba “instan” ini memaksa kita harus mengikuti arus perkembangan zaman, bahkan menguasai arus tersebut. Sesuatu yang “instan” dapat dipandang melalui dua sisi berbeda yaitu positif dan negatif. Sisi positifnya, memudahkan kita untuk dapat mengakses segala apapun yang kita butuhkan, bahkan membantu keberhasilan suatu proses pekerjaan dengan kelancaran dan kemudahan yang diberikan, menambah pengetahuan, dan lain sebagainya. Sedangkan, salah satu sisi negatifnya dapat menimbulkan ketergantungan secara berkelanjutan, jelas ketergantungan ini sangat tidak baik apabila disalahgunakan.

Usia anak – anak adalah usia labil, usia dimana mereka mencari tahu apapun arti dan pentingnya sesuatu yang ada di sekitarnya, usia dimana mereka memusatkan perhatian mereka terhadap apa yang menjadi daya tarik mereka, tidak tahu apakah yang menjadi daya tarik mereka baik untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka atau tidak. Ketika anak – anak mulai menemukan apa yang menjadi daya tarik mereka, maka hal yang terjadi adalah sama seperti orang yang “kecanduan” terhadap sesuatunya tersebut. Hal ini menunjukkan perlunya pengawasan dan peran serta orang dewasa terutama orang tua dan guru untuk mengarahkan mereka pada jalur yang seharusnya.

“Kecanduan” tersebut dapat diibaratkan seperti “hubungan persahabatan anak – anak dengan internet”. Mari flashback sedikit, untuk mengingat sejak kapan “hubungan” ini mulai booming. Hubungan ini bukan hal yang baru saat ini, melainkan sudah menjamur sejak lama. Contohnya saja sekitar 6 atau 7 tahun lalu, anak – anak mulai “terjangkit virus” game online. Dimana “virus” ini biasa menjangkit orang – orang dewasa. Saat itu, memang warung internet (warnet) sebagai fasilitator sedang “naik daun” menjadi target anak – anak untuk menyalurkan hobi mereka, dengan adanya tren seperti ini, maka sangat jelas terlihat bahwa pemilik warnet memanfaatkan situasi sebagai daya tarik anak – anak yang memiliki hobi atau kegemaran ng-game online. Warnet yang menyediakan fasilitas game online cenderung lebih banyak dibandingkan warnet yang memang hanya menyediakan jasa untuk browsing, chat, dan kebutuhan lainnya. Walaupun warnet game online memang dapat juga digunakan sebagai browsing dan aktivitas berinternet lainnya.

Anak – anak mulai terbiasa dengan kondisi seperti ini, kondisi dimana “mainan” robot – robotan atau mobil – mobilan (karena mayoritas anak laki – laki yang menjadi gamers) mereka terganti dengan game online. Sentuhan anak – anak pada dunia internet sebenarnya menunjukkan hal yang baik dalam mengikuti perkembangan pengetahuan, pendidikan, teknologi. Tetapi memang perlu dilakukan pengawasan agar mereka tahu sisi positif lainnya yang lebih berguna bagi masa depan mereka.

Berbeda halnya dengan saat ini, jika 6 atau 7 tahun lalu anak – anak tertarik dengan game online maka saat ini dengan menjamurnya situs jejaring sosial membuat anak – anak tergiur untuk memiliki akun di beberapa situs jejaring sosial. Tujuan mereka jelas sama dengan pemilik akun di jejaring sosial lainnya, yaitu ingin menambah banyak teman. Tetapi, ada yang perlu diperhatikan ketika anak – anak mulai menambahkan orang dewasa dalam friend list (daftar teman) mereka, sama saja seperti mereka masuk ke dunia orang yang lebih dewasa melalui dunia maya. Apa yang diketahui anak – anak biasanya langung mereka telan mentah – mentah karena anak – anak berada pada usia labil dimana usia ini merupakan usia yang mudah untuk terpengaruh baik yang mereka dapatkan positif maupun negatif.

Perhatian ekstra memang harus diberikan kepada anak – anak karena pada dasarnya anak – anak belum mengerti benar kegunaan dari fasilitas – fasilitas di internet ini. Anak – anak cenderung menjadikan fasilitas tersebut sebagai pusat perhatian mereka, mereka secara terus menerus melakukan hal yang sama seperti jika mereka memiliki akun di salah satu situs jejaring sosial, mereka akan selalu membuka situs tersebut dan melihat berita atau hal baru apa saja yang ada di situs tersebut. Sikap mereka yang demikian biasanya tidak mengenal tempat dan waktu, di sekolah pada jam pelajaran ataupun jam istirahat, di rumah pada jam belajar ataupun jam tidur, dan dimana saja. Hal ini jelas berdampak buruk pada sisi sosial mereka, karena mereka justru lebih mementingkan teman – teman baru mereka dari situs jejaring sosial ketimbang teman – teman mereka di sekolah, di tempat les, di kelompok belajar, di kelompok bermain, bahkan keluarga mereka.

Anak – anak yang menggeluti dunia maya seperti yang telah dibahas diatas, layaknya seperti mereka memiliki hubungan “persahabatan” yang erat terhadap dunia maya. Mereka cenderung enggan melepas apa yang sudah mereka geluti atau yang menjadi daya tarik mereka. Tidak hanya memasuki dunia maya saja, dengan usia muda mereka, masih berada pada kondisi ingin mencari tahu lebih dalam lagi, masih ingin tahu hal – hal apa saja yang akan menarik perhatian mereka. Ini merupakan cerminan generasi muda yang maju tetapi tidak maju, mereka mengerti dunia maya, mengerti juga situs – situs yang sekarang sedang digandrungi oleh banyak kalangan. Tetapi, sayangnya mereka memiliki ketergantungan yang sangat dalam. Hal ini perlu diperhatikan agar generasi muda seperti mereka menjadi generasi penerus yang berguna dalam hal positif.

 

0 Responses to KETIKA ANAK - ANAK BERSAHABAT DENGAN INTERNET